Gereja Kristen Jawa Kawunganten adalah sebuah organisasi sosial keagamaan Kristen dengan latar belakang budaya, lingkungan tempat tinggal dan bahasa Jawa. Gereja Kristen Jawa Kawunganten berada di daerah pedesaan yang terletak di desa Kawunganten, Kecamatan Kawunganten dan Kabupaten Cilacap – Jawa Tengah.
Gereja- gereja Kristen Jawa terhimpun menjadi suatu komunitas yang berpusat di Salatiga. Pusat dari perhimpunan Gereja - gereja Kristen Jawa yang berada di Salatiga tersebut disebut sebagai Sinode Gereja - gereja Kristen Jawa. Di daerah kawunganten merupakan daerah pesawahan yang masih banyak rawa disekitarnya banyak sumber daya alam yang masih terjaga seperti melimpahnya ikan air tawar. Dari melimpahnya hasil bumi tersebut maka banyak pendatang dari luar daerah kawunganten dan terbentuklah GKJ Kawunganten.
Warga GKJ Kawunganten didominasi oleh orang luar daerah yang datang ke Kawunganten. Mata pencaharian jemaat di GKJ Kawunganten adalah petani sawah (15%), PNS (10%), Pedagang (15%), pensiunan (20%), Swasta ( 20% ) dan Buruh (20%) sehingga jumlah keseluruhan jemaat dari usia kanak-kanak sampai dewasa sekitar 350 jiwa. Dari latar belakang gereja semacam itu maka GKJ Kawunganten berusaha setia dan taat memenuhi panggilan Kristus untuk melayani Dia dengan sungguh.
Service Time | Ibadah minggu ( Induk ) pukul 08.00 |
Ibadah minggu ( Pepanthan Kalijeruk ) pukul 08.00 | |
Operasional Gereja pukul 08:00 - 15:00 | |
Lokasi | Jl. Gereja, Karangbawang Kawunganten Cilacap |
[email protected] | |
https://www.facebook.com/gkjkawungantenofficial/ |
Visi : JEMAAT YANG MELAKUKAN TINDAKAN PELAYANAN (Efesus 4 : 17-32)
Penjabaran Visi :
GKJ Kawunganten adalah gereja suku yang ditempatkan dan sekaligus diutus oleh Tuhan Yesus untuk menjadi garam dan terang dunia di Kecamatan Kawunganten dan sekitarnya. Melihat perubahan demi perubahan sosial masyarakat dan informasi yang begitu cepat serta perkembangan teologi yang mengikutinya, GKJ Kawunganten yang mengikatkan diri dengan GKJ-GKJ yang lain dalam Sinode GKJ tentu mau tidak mau bersikap merelakan dirinya untuk mengambil bagian dalam tugas pelayanannya untuk melakukan :
Tentu tidak mudah untuk melakukan tindakan pelayanan dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, karena Dia tahu bahwa gereja-Nya senantiasa ada dalam keterbatasan. Maka tindakan pelayanan yang dimaksud di atas tentu menjadi tugas dan tanggungjawab setiap jemaat yang telah mendapatkan keselamatan nyata melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus, lihat :
Melihat tugas Gereja yang harus dipikul bersama oleh seluruh jemaat GKJ Kawunganten, maka dibutuhkan pertumbuhan rohani yang nyata. Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus agar membiasakan diri mengenali yang asli jangan memahami yang palsu. Pemahaman tersebut ditekankan oleh Paulus karena jemaat Efesus berpotensi dipecah belah oleh orang-orang yang tidak menyukai Gereja bertumbuh. Melihat latar belakang tersebut jelaslah bahwa orang Kristen di Efesus disebutkan tidak lagi mencintai Kristus (Wah 2: 1-7). Jadi Paulus mengangkat masalah kesatuan jemaat sebagai salah satu persoalan di dalam surat Efesus.
Bertumbuh memiliki arti tidak ingin mati dan berhenti perkembangannya. Melainkan bagaikan sebuah pohon yang tercukupi gizinya, tidak layu daunnya, karena ia berakar di dalam Kristus dan dibangun di atas Dia (Kolose 2: 6-7) dan berbuah pada waktunya, dan apa saja yang diperbuatnya akan berhasil (Mazmur 1:3). Pemberi asupan gizi yang cukup adalah Allah sendiri, melalui Firman Allah jemaat GKJ Kawunganten diingatkan, disarankan bahkan dikehendaki untuk setia dalam melakukan Firman-Nya dalam kehidupannya sehari-hari.
MISI : MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA HAL
Penjabaran Misi :
Pelayanan GKJ Kawunganten 5 tahun ke depan akan mencoba memanfaatkan unsur-unsur pendekatan appreciative inquiry. Appreciative inquiry adalah pencarian kooperatif untuk menemukan hal-hal terbaik dari suatu kelompok, organisasi, dan konteks di sekitarnya demi pengembangan kelompok atau organisasi tersebut. Dalam appreciative inquiry, kelompok atau organisasi yang dikaji tidak dipandang sebagai sarang permasalahan, sebagai “mesin yang rusak”, melainkan sebagai sumber potensi dan solusi bagi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pengembangan kelompok atau organisasi tersebut.
Majelis GKJ Kawunganten melihat pendekatan appreciative inquiry dapat diterapkan di tengah-tengah pelayanannya, dimana hal-hal yang positip untuk mengembangkan gereja telah dimiliki dan perlu untuk diwujudkan dalam sebuah tindakan. Banawiratma, dalam artikelnya, “Proses Teologi Praktis melalui Appreciative Inquiry”, mengutip kata-kata David Cooperrider yang mendefinisikan appreciative inquiry sebagai “suatu proses dan pendekatan pengembangan organisasi untuk mengubah tata kelola yang tumbuh dan berkembang dari pemikiran konstruksionis sosial dan aplikasinya pada tata kelola dan transformasi organisasi”.
Dengan pendekatan tersebut, kita bersama akan menganalisa data-data lapangan yang sering kita jumpai dalam dialektika bergereja dengan pendekatan analisis SOAR (strengths, opportunities, aspirations dan results). Melalui analisis SOAR, sebuah appreciative inquiry berupaya mencari dan menemukan :
Hal-hal yang ingin dicapai melalui Misi GKJ Kawunganten yaitu :
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Matius 7 : 7
" Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. - Kolose 3 : 23 "
" Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya. Matius 21:22 "
" Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. - Yesaya 40:29 "