GKJ Kawunganten dari masa ke masa
Pekabaran Injil di Kawunganten didahului dengan pembukaan sekolah Zending. Pada tahun 1941 Bp. Soeparno datang dari Purwokerto dengan tugas membuka sekolah Zending Vorvolkschool dan pada tanggal 1 Agustus 1941 sekolah tersebut dibuka dengan murid pertama 56 anak kelas IV karena dari Pemerintah hanya menfasilitasi sampai kelas III (Volkschool).
Daerah pelayanan Kawunganten merupakan daerah Pekabaran Injil dari GKJ Sidareja yang disponsori oleh Bp. Soerawan (mantri kesehatan) dimana tiap minggunya diadakan kebaktian minggu di rumah Bp. Mardjana, namun setelah dibukanya sekolah Zending maka kebaktian diadakan di Sekolah Zending (di depan Kecamatan Kawunganten) dan untuk pengkhotbah diserahkan kepada Bp. Sudarmadi. Semenjak tahun 1942 sebenarnya pepanthan Kawunganten telah memiliki Majelis sendiri yaitu Bp. Soeparno dan Bp. Soerawan namun belum berpendeta dan baru pada tahun 1944 datang Bp. I. Dwidjosuprapto dari Purworejo (Guru Injil Durensari-Purworejo) yang dipanggil oleh GKJ Sidareja untuk melayani di Pepanthan Kawunganten sebagai Guru Injil sedangkan Pendetanya adalah Bp. Soedarmadi.
Pada tahun 1946 Majelis GKJ Sidareja memandang bahwa segi praktis hubungan lalu lintas dan dipandang sudah saatnya didewasakan karena perkembangan jemaat dan hasil pelayanan Pekabaran Injil mencapai daerah Gandrungmangu hingga 25 KK maka dianggap perlu Kawunganten berdiri sendiri sebagai jemaat dewasa, maka pada tanggal 6 Juni 1946 berdirilah GKJ Kawunganten dengan anggota Majelis yaitu Bp. Soeparno, Bp. Soerawan, Bp. Kasanmuhamad, Ds. Soedarmadi. Dan karena Majelis GKJ Kawunganten menghendaki memiliki seorang tenaga penuh waktu maka Guru Injil I. Dwidjosuprapto diaplikasikan ke Sekolah Theologia Purwokerto tahun 1948 – 1949 dan pada tanggal 10 Agustus 1949 Bp. I. Dwidjosuprapto ditahbiskan menjadi Pendeta pertama di GKJ Kawunganten.
Perkembangan dan Pekabaran Injil ditangani langsung oleh Pendeta, dari kerja keras dan kegigihan pelayanan sampai ke Sarwadadi, Kalijeruk, Kawunganten sendiri dengan cara face to face (tatap muka) dengan berjalan kaki. Pekabaran Injil ke arah Timur pada tahun 1951 disponsori oleh Bp. Temu Hadiwardojo seorang mantri kesehatan sampai berhasil membuka pepanthan di Jeruklegi. Sedangkan pelayanan Pekabaran Injil ke arah Barat disponsori oleh Bp. R. Padmosuprapto sebagai guru di SD YPK.
Pada saat kekacauan terjadi sekitar tahun 1965 perkembangan jemaat terhenti pelayanan hanya dilakukan untuk jemaat yang masih ada karena yang lain mengungsi ke tempat lain. Pada tahun 1965 Ds. I. Dwidjosuprapto berhenti menjadi Pendeta dan sesudah vakum selama 2 tahun maka pada tahun 1967 Bp. Soekarso dipanggil sebagai Pendeta kedua untuk GKJ Kawunganten dan GKJ Gandrungmangu, namun akhirnya GKJ Gandrungmangu atas musyawarah bersama dipisahkan (untuk latihan mandiri) dari GKJ Kawunganten.
Catatan : GKJ Gandrungmangu bermajelis mulai tahun 1952 dengan Guru Injil Bp. Soetardjo dengan jumlah warga kurang lebih 30 KK.