img

Pengenalan, Cinta Dan Sayang. (Sebuah Refleksi Relasi Dengan Sesama)

27 November 2022

Relasi dengan sesama terkhusus dengan pasangan, baik yang masih berpacaran maupun yang sudah berkeluarga terkadang muncul pertanyaan antara kenal/pengenalan, cinta, dan sayang duluan yang mana? 

Dalam sebuah acara persekutuan doa persiapan pernikahan Doni Vilius Kristian dan Hati Kinanti Prayogi di kelompok Kalijeruk, hal ini dibincangkan dengan penuh sendau gurau. Ada yang mengatakan kenal dulu baru muncul rasa cinta dan disambut rasa sayang. Apakah ketiga hal tersebut bisa diawali dengan cinta dulu, baru kenal dan berlanjut ke sayang? Barangkali memang ada segelintir relasi diawali dari sayang baru tumbuh cinta dan saling mengenal satu sama lain.  

Jadi bukan masalah waktu berapa lama kita mengenal pasangan, namun kualitas relasi yang mampu saling terbuka tanpa ketersinggungan jika pembicaraannya dibawa kedalam area-area sensitif. Misalnya yang terkait dengan ketimpangan SDM : istri ternyata memiliki SDM yang lebih berkualitas, gaji istri lebih besar dari suami, pekerjaan istri lebih menjanjikan, mengenai dosa masa lalu, mengenai kelemahan diri yang ditutup rapat-rapat, minder, sampai jaim, dan sebagianya. 

Jika mereka siap untuk membicarakannya maka relasi dengan sesama akan nyaman, tidak mudah tersinggung, tidak mudah memberikan justifikasi terhadap pasangan akan membuat kualitas cinta, sayang dan pengenalan satu sama lain semakin tinggi kualitasnya. Cinta dan sayang diusahakan namun pengenalan akan pasangan bisa terhenti pada saat hubungan dintara mereka tidak berkualitas karena takut tersinggung, jadi kisruh, ngambek, memunculkan amarah, menjadikan relasi memburuk, dan sebagainya.  

Relasi dengan pasangan yang cenderung diawali dengan kecurigaan dan mungkin karena terlalu sayang dan terlalu cinta yang berdampak pada kecemburuan akan menghambat pengenalan kita terhadap pasangan, karena di dalam kehidupannya hanya mengagungkan cinta dan sayang, namun agak takut-takut untuk memasuki area pengenalan yang lebih mendalam karena dianggap akan memiliki risiko yang tinggi. 

Pasangan bisa tidak siap jika harus berbicara tentang masa lalu, luka hati, harapan dan masa depan, terlebih jika diantara mereka selalu pasang kuda-kuda dengan amarah jika disinggung tentang kelemahannya, tentang sulitnya untuk membuka diri bagi kemajuan bersama.

Kitab Nahum 1 : 7 berbicara tentang Tuhan itu baik. Jika kita percaya bahwa Tuhan itu baik mestinya tidak ada keraguan sedikitpun untuk membuka relasi yang berkualitas dengan pasangan. Maksud kitab Nahum sebenarnya ingin mengangkat kembali bangsa Israel yang terpuruk dalam pembuangan di Asyur. TUHAN mengenal umat-Nya yang mau bersandar dan berlindung kepada-Nya. Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya. 

TUHAN sangat memahami umat-Nya, saat ia membutuhkan maka TUHAN akan sediakan. Apa yang bisa kita lakukan agar pasangan kita menjadi senang? Barangkali tidak sedikit diantara kita kesulitan untuk membuat hati sesama kita senang. Jika demikian bukankah sebenarnya pengenalan akan pasangan kita  sebenarnya juga belum maksimal? Ada yang mengatakan “kan proses pak...” iya betul maka antara Cinta, Sayang dan Pengenalan terhadap sesama menjadi penting jika ditumbuhkan bersama-sama. 

Jadi kualitas pengenalan akan TUHAN akan mempengaruhi kualitas pengenalan kita terhadap pasangan.  Apakah Saudara setuju?  

Barangkali diantara kita saat ini sedang dalam puncak dalam mencinta dan menyayangi pasangan, namun mari kita periksa apakah pengenalan akan sesama juga sudah sama-sama diupayakan? Dampak dari  keringnya pengenalan akan sesama bisa berdampak pada hal-hal yang kurang menyenangkan. 

Maka siapapun kita, seperti apapun kita dan bagaimanapun kita saat ini diajak bersama untuk mengenal Allah dengan lebih berkualitas lagi seiring dengan pengenalan kita terhadap sesama. Jika saat ini kita masih senang uring-uringan terhadap pasangan/sesama saat keinginan kita tidak terpenuhi maka bersabarlah sambil mengendalikan lidah, agar tidak gampang memojokannya bahkan menghakiminya, itulah makna dari pemulihan yang Tuhan adakan untuk bangsa Israel.    

Orang yang menikah pada hakekatnya sedang bersaksi kepada dunia. Setelah menikah banyak orang akan melihat pertumbuhan imannya, rohaninya, ketaatannya pada Tuhan Yesus, membangun relasi dengan pasangan, serta yang tidak kalah penting adalah pertumbuhan ekonomi yang sering menjadi bagian yang dibincangkan banyak orang. Daya tahan dan daya juang untuk keluar dari beban dan masalah juga akan dilihat oleh banyak orang. TUHAN sudah menyatakan diriNya bahwa Ia baik. 

Kita sambut kebaikanNya dengan terus bersaksi tentang kabaikan Tuhan yang dinyatakan dalam kesaksian hidup bersama keluarga. Amin.  

Kategori : Artikel | Tags : Nahum Refleksi | Bagikan :