Dalam kehidupan bersama umat Allah dijumpai penyandang disabilitas. Mungkin ada di antara warga gereja sendiri merupakan penyandang disabilitas – berapapun usianya dan jenis disabilitasnya (entah sejak lahir atau karena peristiwa tertentu (kecelakaan) yang berakibat pada disabilitas). Mungkin di antara warga gereja yang merupakan penyandang disabilitas merasa malu atau rendah diri karena keadaannya. Melalui khotbah ini warga gereja yang menjadi penyandang disabilitas belajar dari sida-sida Etiopia yang tidak merasa malu dengan keberadaannya. Ia dipaksa menjadi disabilitas. Meski menurut tradisi Taurat ia dilarang masuk rumah Allah, ia berjuang dengan dirinya sendiri dan tetap menggumulkan firman Allah. Di sisi lain, warga gereja diajak menghayati ajaran Tuhan Yesus yaitu hidup dalam kasih. Kasih itu merangkul semua orang tanpa batas apapun. Supaya kasih kepada sesama mewujud, warga gereja diajak melekat pada Kristus. Kemelekatan pada Kristus sebagaimana dalam perumpamaan pokok anggur (Yoh. 15:1-8) menjadikan umat mampu membuahkan kasih pada sesama. Dengan demikian umat melekat pada Tuhan untuk memanusiakan manusia.
Mengasihi Disabilitas Sebagai Buah Kemelekatan pada Tuhan.

29
April 2018