TUJUAN
- Keluarga Kristen dapat memahami secara benar setiap peristiwa baik ketika sedang sukses maupun ketika sedang mengalami kegagalan.
- Keluarga Kristen harus terus berusaha hidup dalam tuntunan dan kehendak Tuhan
- Setiap anggota keluarga berusaha untuk menjalani hidup dalam penyerahan Allah sehingga dapat menjadi berkat bagi sesama.
DASAR PEMIKIRAN
Daud adalah orang pilihan Allah. Ia dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel, maka selama ia hidup segala tindakan dan tanggung jawabnya diberkati oleh Tuhan. Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah mengalami kegagalan baik sebagai orang tua maupun sebagai pribadi.
Sebagai orang tua ia pernah tidak dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Masalah itu timbul karena Daud tidak berbuat apa-apa atas kesalahan Amnon yang memperkosa Tamar. Absalom kesal dan marah terhadap perbuatan Amnon dan ketidaktegasan Daud, sehingga ia memberontak terhadap ayahnya. Atas pemberontakan Absalom, Daud harus menyingkir dari kerajaannya. Sedangkan sebagai pribadi, Daud pernah terjatuh dalam dosa akibat tidak dapat menguasai nafsunya. Ia merekayasa pembunuhan prajuritnya untuk mendapatkan dan memperistri Batsyeba, istri prajuritnya itu. Namun ketika Daud menyesali perbuatan dosanya dan berbalik kepada Tuhan, Tuhan memelihara dan memberkatinya dan anak cucunya.
Dalam hidup sehari-hari kita pernah mengalami seperti yang dialami Daud. Tidak selamanya kita bahagia dan sukses. Kadangkala kita juga terpuruk dan mengalami kegagalan. Bak cakra manggilingan, hidup kita kadangkala di atas namun kadangkala juga berada di bawah. Seperti makna falsafah Jawa itu, kita diingatkan supaya ketika di atas, kita tidak jumawa. Sebaliknya ketika sedang di bawah, kita tidak merasa sebagai orang yang paling menderita. Dalam setiap peristiwa hidup kita diajak supaya dapat memaknai hidup dengan benar dan tetap melahirkan kebenaran supaya menjadi berkat kepada sesama.
Berdasarkan kesaksian Daud dalam Kitab Mazmur 37:22-26, kita diajak untuk belajar menghayati hidup dalam keyakinan dan iman yang benar walaupun persoalan silih berganti. Sehingga, kita senantiasa mempunyai kesaksian yang benar bahwa Allah akan memberkati orang yang hidupnya berkenan kepadanya. Dia akan menopang umat-Nya tatkala jatuh dan tidak membiarkan terus terpuruk dan merasakan kegagalan. Dia akan memampukan untuk tetap menjadi berkat.
PENJELASAN TEKS
Mazmur 37:22-26
Kitab Mazmur 37 seperti tertulis dalam ayat pertama berasal dari Daud. Dalam ayat 22-26 ini menjadi penegasan untuk orang yang hidupnya benar di hadapan Allah. Jika kita perhatikan, mulai ayat 1 sampai ayat 21; Daud mempertentangkan perbuatan orang fasik dan perbuatan orang benar; termasuk buah yang dihasilkannya. Orang benar akan memperoleh kemurahan dan berkat Tuhan jika hidupnya selalu mengandalkan Tuhan sedangkan bagi orang fasik ia akan dihukum dan dilenyapkan.
Penggambaran atas kemurahan dan berkat Tuhan, ditulis 3 kali dalam kalimat yang sama yaitu jika orang benar hidup dalam dan menjalani perintah Tuhan, ia akan mewarisi negeri; demikian pula sebaliknya, Daud menuliskan pengulangan kalimat bagi mereka yang hidupnya fasik dan melakukan perbuatan jahat akan mendapatkan penghukuman dan dilenyapkan.
Daud menegaskan dalam ayat 22 bahwa Allah akan memberkati orang-orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya, tetapi akan melenyapkan orang yang tidak hidup menurut kehendak Tuhan.
Bagi yang tidak berkenan kepada Allah, Dia menunjukkan satu tindakan tegas. Demikian pula ketika Dia berkenan kepada orang yang berkenan kepada-Nya. Bahkan Allah punya banyak cara untuk tetap menuntun orang benar dalam kebenaran. Dalam ayat 23-26 setidaknya ada 2 cara yang ditunjukkan Allah bagi orang yang berkenan kepada-Nya:
- Tuhan menetapkan langkah orang-orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Ay.23). Meskipun kadangkala jatuh (gagal) ia tidak membiarkan mereka tergeletak. Tuhan menjamin keamanan dan keselamatannya. Wujud pertolongan Tuhan tidak hanya berupa pertolongan di waktu menghadapi persoalan namun ketika Dia berkenan memimpin di sepanjang kehidupan agar kita tetap di jalur Allah. Inilah yang perlu menjadi pemahaman kita bersama bahwa Allah bersedia berjalan dengan langkah kaki kita. Ia tidak akan membiarkan kita merasakan beban berat karena tangan-Nya siap menopang kita. Barangkali saat ini kita sedang mengalami pergumulan hidup yang sangat berat dan seolah-olah tidak ada jalan keluar. Tetapi ingatlah dalam kitab Yesaya 59:1-2 “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”
Pengharapan itulah yang mendasari orang percaya untuk tidak menyerah ketika sedang mengalami kegagalan, sedang mengalami keterpurukan, karena ada Allah dengan tanganNya yang pernuh kuasa menopang kita.
“Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat” (Ay. 25-26). Ayat ini mengingatkan kepada umat akan jaminan Allah berlaku tidak hanya bagi mereka yang
- sedang berhadapan langsung dengan Allah namun berlaku pula kepada anak cucunya. Setiap orang tua pasti telah merencanakan masa depan anak-anak mereka. Segala sesuatu yang dilakukan bertujuan agar anak-anaknya kelak lebih baik hidupnya. Namun dalam perjalanannya, apakah ada jaminan bahwa yang kita lakukan akan berhasil? Ada banyak cerita kegagalan orang tua dalam mempersiapkan masa depan anak-anak mereka. Oleh karena sembari mempersiapkan masa depan, kita juga harus mengandalkan Tuhan, karena hanya Dia yang mampu menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman kepada setiap orang yang meminta-Nya.
Dengan demikian, melalui kedua hal itulah, kita harus mampu mengandalkan Tuhan dan hidup dalam kebenaran-Nya. Karena diantara kegagalan dan kesuksesan hidup kita, ada Allah yang akan menjamin dan menopang hidup kita.
KHOTBAH JANGKEP
“DI ANTARA SUKSES DAN GAGAL”
Falsafah Jawa yang akan disampaikan ini sebenarnya tidak asing lagi di telinga kita yang masih memegang budaya Jawa. Namun barangkali mulai asing di telinga generasi strawberry saat ini. Falsafah Jawa itu adalah Cakra Manggilingan. Dalam Bausastra kata “cakra” diartikan sebagai bunderan, rodha, gegaman awujud rodha pating cringih (bentuknya bulat, seperti roda, senjata berbentuk lingkaran yang disekeliling luarnya tajam). Sedangkan manggilingan dari kata dasar giling mempunyai arti nggiles (meremukkan), rodha kreta, mubeng (berputar).
Cakra manggilingan adalah bentuk roda yang selalu berputar atau menggelinding. Kedua kata itu mempunyai makna bahwa hidup ini seperti roda yang berputar, kadang di bawah, kadang di atas. Hidup kita akan selalu mengalami perubahan, bisa jadi hari ini berhasil tetapi barangkali esok atau lusa akan terpuruk dan mengalami kegagalan. Contohnya ketika pandemi Covid-19 melanda. Sebelum pandemi hidupnya aman, usahanya lancar dan
berhasil, namun tatkala dihempas badai pandemi segalanya berubah. Sebaliknya, ada yang hidupnya pas-pasan dan berkekurangan, namun selama pandemi berlangsung hidupnya menjadi berubah karena usahanya menjadi lebih baik.
Hanya yang perlu dipahami berkaitan dengan falsafah cakra manggilingan itu, bukan hanya soal melihat dan menjalani perubahan, tetapi bagaimana dapat memaknai hidup dalam setiap peristiwa dengan baik? Falsafah tersebut mengharapkan setiap orang selalu siap dengan keadaan yang akan dihadapi, baik atau buruknya. Jika sedang mengalami kegagalan tidak menyerah namun tetap bersabar dan berharap, jika sedang sukses tidak takabur dan silau oleh kekayaan.
Firman Tuhan hari ini juga menuntun kita untuk memahami hidup yang benar dalam segala kondisi. Mazmur 37 adalah tulisan raja Daud (ay.1). Di dalamnya, Raja Daud memperlihatkan beberapa hal untuk diperhatikan oleh umat Tuhan: Pertama, tentang berbedanya hasil yang dicapai oleh orang fasik dengan hasil yang dicapai oleh orang benar.
Seperti tertulis dalam ayat pertama, Mazmur 37 adalah berasal dari Daud. Dalam ayat 22-26 ini seperti menjadi penegasan untuk orang yang hidupnya benar di hadapan Allah. Mulai ayat 1 sampai ayat 21; Daud mempertentangkan perbuatan orang fasik dan perbuatan orang benar; demikian pula buah yang dihasilkan dari perbuatan orang fasik dan orang benar. Ada 3 kalimat yang sama ditulis oleh Daud jika orang benar hidup dalam dan menjalani perintah Tuhan, ia akan mewarisi negeri; demikian pula sebaliknya, Daud menuliskan pengulangan kalimat bagi mereka yang hidupnya fasik dan melakukan perbuatan jahat akan mendapatkan penghukuman dan dilenyapkan.
Oleh karena itu di dalam menjalani hidup pemberian Tuhan kita harus selalu berusaha mengingat akan penyertaan Tuhan dan mengandalkan Tuhan, kenapa? Allah punya banyak cara untuk tetap menuntun orang benar dalam kebenaran. Dalam ayat 23-26 setidaknya ada 2 cara yang ditunjukkan Allah bagi orang yang berkenan kepada-Nya:
- Tuhan menetapkan langkah orang-orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Ay.23). Meskipun kadangkala jatuh (gagal) Ia tidak membiarkan mereka tergeletak, sebab Tuhan menjamin keamanan dan keselamatannya. Wujud pertolongan Tuhan tidak hanya berupa pertolongan di waktu menghadapi persoalan namun ketika Dia berkenan memimpin di sepanjang kehidupan agar kita tetap di jalur Allah. Inilah yang perlu menjadi pemahaman kita bersama bahwa Allah bersedia berjalan dengan langkah kaki kita. Ia tidak akan membiarkan kita merasakan beban berat karena tangan-Nya siap menopang kita. Barangkali saat ini kita sedang mengalami pergumulan hidup yang sangat berat dan seolah-olah tidak ada jalan keluar. Tetapi ingatlah dalam kitab Yesaya 59:1-2 “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”
Pengharapan itulah yang mendasari orang percaya untuk tidak menyerah ketika sedang mengalami kegagalan, sedang mengalami keterpurukan, karena ada Allah dengan tangan-Nya yang pernuh kuasa menopang kita.
- “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat” (Ay. 25-26). Ayat ini mengingatkan kepada umat akan jaminan Allah berlaku tidak hanya bagi mereka yang sedang berhadapan langsung dengan Allah namun berlaku pula kepada anak cucunya. Setiap orang tua pasti telah merencanakan masa depan anak-anak mereka. Segala sesuatu yang dilakukan bertujuan agar anak-anaknya kelak lebih baik hidupnya. Namun dalam perjalanannya, apakah ada jaminan bahwa yang kita lakukan akan berhasil? Ada banyak cerita kegagalan orang tua dalam mempersiapkan masa depan anak-anak mereka. Oleh karena sembari mempersiapkan masa depan, kita juga harus mengandalkan Tuhan, karena hanya Dia yang mampu menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman kepada setiap orang yang meminta-Nya.
Dengan demikian, melalui kedua hal itulah, kita harus mampu mengandalkan Tuhan dan hidup dalam kebenaran-Nya. Karena di antara kegagalan dan kesuksesan hidup kita, ada Allah yang akan menjamin dan menopang hidup kita. Amin.